Say thank you :)

Hello! Myspace Comments

Selasa, 27 November 2012

Beda Negara

Engga pernah ya dalam pikiran saya kalau mesti pacaran jarak jauh, apalagi jauhnya sampai beda negara. Pasti semuanya serba ribet, serba bingungin, hal-hal kecil seperti masalah komunikasi misalnya bisa berujung 'fight' yang cukup fatal. Intensitas pertemuan juga minim banget, hampir-hampir mendekati nol untuk masalah ini. Lalu apa yang menarik dari hal ini. Situasi tak menentu, jarak yang bikin harus tabah banget. Posesifnya kita, kekhawatiran kita dengan siapa dia bergaul, itu juga salah satu bentuk nyata hati bisa nelangsa jika tetap menjalani hubungan ini. Tapi kenapa masih dan terus masih saja pasangan memulai hubungan jarak jauh seperti ini. Kalau hanya karena 'cinta', semuanya dijadikan pengertian yang wajar menurut saya pribadi agak mengenaskan. Kadang butuh logika dalam sebuah pengertian. Pengertian untuk logika yang terkadang tidak berpengertian :). Kalaupun saya menjalani hubungan seperti ini dengan sifat saya yang rentan dicabik-cabik hatinya, yang sedikit-sedikit kalau galau langsung nangis seharian (that's normal :D, semua perempuan juga sering begitu kok, jadi bukan hanya saya saja), itu karena saya sedang menghargai apa yang Tuhan kasih saya saat ini. Tuhan lepaskan saya dari orang masalalu saya dan kemudian Tuhan memberikan dia yang entah berantah berada dimana itu dirinya berada dipertemukan oleh saya. Apa yang mesti yang ucapkan selain rasa syukur tentunya. 

Banyak teman-teman mulai mengkhawatirkan hubungan saya yang janggal ini. Saya tahu reaksi mereka sangatlah wajar. Itu sangatlah normal, naluri persahabatan kalau saya bilang itu. Salah satu bentuk perhatian mereka untuk saya, apalagi untuk urusan yang satu ini mereka 'concern' banget. Argumen saya seperti ini, 'Dia mau datang ke Indonesia dengan alasan bentuk kewajiban dia sebagai pacar saya sekarang'. Reaksi mereka tetap dengan pesimitis ada ungkapan "kalau diculik gimana?" atau lain hal dengan yang lainnnya, " Kalau dia ke Indonesia, stay dimana? Hotel? sama siapa, kamu? berduaan aja di hotel, gitu? Ntar kalau kenapa-kenapa dia balik ke negara gimana?". Berhasil bikin saya 'speechless' dalam jangka waktu yang lama. Sampai detik ini saya menulis cerita saya, saya belum menemukan kata-kata yang pas untuk sanggahan saya atas pertanyaan teman saya tersebut. 

Dan yang bikin hati saya lebih serba salah lagi, jika dia engga mau ke Indonesia, ungkapannya akan seperti ini, " Dia cuma main-main sama kamu, lu sih main percaya aja". Lalu bagaimana positifnya?

Dan jujur saya belum tahap mencintai dia sebagaimana prasangka orang-orang sekitar. 'Just for fun' aja, jika bukan jodoh saya maka lepaskan dia. Jika dia ternyata jodoh saya bagaimana mungkin saya melepaskannya. Haruskah saya menyerah kali ini untuk kesekian kali. Seperti yang sudah-sudah saya alami sebelumnya. Saya lelah menyerah kali ini. Saya takut jika saya lepaskan kali ini hati saya akan membeku selamanya. Bilang saya berlebihan, bilang saya terlalu memandang sesuatu terlalu serius. Tapi ini menyakitkan ketika kita berhasil mencoba melupakan seseorang dengan datangnya seseorang yang baru. Kita dihadapkan dengan polemik seperti ini. Biarkan saya menjalani hidup saya sesuai apa yang menjadi keinginan saya. Tak apalah dia jauh disana asalkan hati pernah mencoba melupakan seseorang disini yang menyakitkan hati. Tak apa jika saya harus selalu menyamakan waktu dinegaranya dengan waktu keberadaannya disini. Dengan rentan waktu 5 jam maju diatas saya otomatis pola tidur saya menjadi sistematis. Tapi berhubung saya terkadang sering 'susah tidur' alias rajin bergadang. Hal ini sedikit bisa diatasi. Asal saya jangan sedih-sedih lagi, jangan galau tiap malam. Saya rela begini.  


Selamat mencoba menjalaninya Tiraida Dumasi with Onah Emmanuel Swaggs :)




Tidak ada komentar: