Say thank you :)

Hello! Myspace Comments

Selasa, 26 Oktober 2010

Melulu lagi Anggota DPR

sejenak membuka kembali memoar akan beberapa peristiwa yang sudah terjadi selama beberapa bulan yang menganggu isi otak kepala mengenai para Anggota Dewan yang mengaku terhormat tersebut.
Apa yang membuat beberapa masyarakat menjadi semakin distrust kepada wakil rakyat nya yang mengaku mewakili aspirasi dari setiap masyarakatnya. Namun hanya mewakili partai saja (nyata-nyatanya).
Inilah dia;
----
Pertama, ketika isu mencuat ke masyarakat akan dana aspirasi. Dalam rapat Badan Anggaran DPR RI awal Mei lalu, sejumlah fraksi mengusulkan dana aspirasi yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 sebesar Rp 8,4 trilyun atau tiap anggota DPR (560 orang) mendapat jatah Rp 15 miliar. Fraksi yang paling gigih memperjuangkannya adalah Partai Golkar. Alasannya untuk program percepatan pembangunan di daerah pemilihan.
Isu ini langung menyulut sejumlah protes masyarakat, bahkan kecaman dan demo pun silih berganti. Bagaimana tidak, jika dana aspirasi ini digolkan, maka akan terjadi legal robbery (perampokan legal).
Pengusungan dana aspirasi oleh Partai Golkar untuk pembangunan daerah pemilihan adalah upaya korupsi dengan menggunakan jalan yang legal.

Apakah pantas jika beban konstituen dibebankan kepada negara, sedangkan dalam hal ini DPR sudah keluar dari jalur fungsi sebagaimana mestinya. DPR hanya menjalankan 3 fungsi utama yaitu Fungsi legislasi, pengawasan dan Anggaran. Tetapi dalam kasus ini, DPR mencoba beralih fungsi menjadi "fungsi eksekutif".
Aspirasi yang dibutuhkan rakyat, adalah bentuk kerja dari sisi kewenangan DPR melalui Undang-Undang dan melalui kerja politik, bukannya dengan membagi-bagikan uang untuk rakyat.

-----
Kedua, setelah heboh dana aspirasi, DPR mencoba untuk beralih memikirkan ke rumah aspirasi.
TEMPO Interaktif, Jakarta - Setelah beberapa waktu lalu DPR sempat dihebohkan dengan dana aspirasi, kali ini rumah wakil rakyat sedang memikirkan untuk membangun rumah aspirasi. Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga Pius Lustrilanang menyatakan rumah aspirasi ini untuk meningkatkan keterpaparan masyarakat di daerah bisa menyampaikan langsung aspirasi ke wakil rakyatnya.
Ditemui Tempo di kantornya, akhir pekan lalu, Pius menyatakan rumah aspirasi ini akan menjadi sekretariat anggota dewan saat melaksanakan kunjungan kerja ke daerah pemilihan dan dan menyambung aspirasi secara langsung dari daerah untuk diperjuangkan di pusat. "Dengan begitu rakyat di daerah bisa menyampaikan suaranya tanpa harus ke Jakarta," kata Pius.
Rumah aspirasi akan berbentuk gedung permanen seperti kantor, tetapi bukan membangun rumah baru. Rencananya akan disediakan budget sekitar RP 200 juta per anggota per tahun untuk sewa kantor, menggaji staf dan operasional rumah aspirasi selama setahun.
Artinya, untuk membangun 560 rumah aspirasi butuh anggaran sekitar Rp 112 miliar. "Budget disediakan dari anggaran BURT terkait pembangunan sarana yang jumlahnya sekitar Rp 3,3 triliun itu. Walau pemerintah baru menyetujui sekitar Rp 2,7 triliun," kata Pius.
Jadi timbul pertanyaan di benak saya, jadi selama ini gedung DPR itu bukan merupakan wahana untuk menyampaikan aspirasi kah, atau hanya sekedar sebuah simbol akan perebutan kekuasaan. Jika masyarakat yang tidak berada di pusat, dengan mudah nya menyampaikan aspirasi masyarakat melalui "rumah aspirasi" ini, lalu apakah fungsi reses yang ditujukan untuk para anggota dewan yang notabennya mereka mengunjungi satu persatu daerah pemilihannya.
Jika memang jadi dibangun, tentunya akan memakan biaya yang sangat besar, sewa bangunan, lalu untuk membayar gaji staff, belum lagi ditambah tunjangan ini itu. Cape deh. Duit mana lagi yang mau dipakai selain "nyuwun" sama negara ?

----
Ketiga, Ini yang paling menghebohkan, di saat beberapa lapisan masyrakat mencoba bertahan hidup dengan sisa uang yang ada, justru Anggota Dewan berencana akan melakukan pembangunan Gedung Baru.
Alasan anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang ngotot
membangun gedung mewah baru senilai Rp 1,6 triliun tak dapat dipahami. Alasan membangun gedung baru karena yang lama tak lagi dapat menampung aktivitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat juga terkesan terlalu dipaksakan untuk mendasari pembangunan gedung mewah 36 lantai dengan fasilitas kebugaran dan kolam renang. Toh nyatanya pimpinan DPR sudah menurunkan mandat untuk mengkaji ulang rencana pembangunan gedung baru karena dinilai menciderai masyarakat. Berikut wacananya
"Kami meminta agar proyek pembangunan gedung dikaji kembali. Dihitung ulang. Jangan digambarkan menjadi gedung mewah yang menciderai keadilan masyarakat Indonesia," kata Ketua DPR, Marzuki Alie, dalam jumpa pers seusai pertemuan.
Tetapi toh tetap saja pembangunan gedung baru dilaksanakan, tentunya jika gedung baru ini akan tetap dibangun, maka pastilah akan "mengangkat citra Indonesia" :D yah lagi melulu masalah pencitraan, smcm mercusuar. Tampak bagus dari luar, namun di dalam malah tergolek lemah tak berdaya.
Wahh kalau begini, siapa pula yang ga betah berlama2 di kantor. Alih2 sibuk menyusun agenda untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, malah bersantai sejenak untuk memanjakan tubuh atau mungkin sekedar melihat kemolekan tubuh. No offense.
Padahal bagi saya yang pernah merasakan magang di sana, semua ruangan cukup nyaman. Baik itu ruang kerja ketua, sekretariat, rapat, bahkan kamar mandi.
Bagaimana tidak, hampir setiap ruangan menggunakan pendingin ruangan (AC) dan kursi yang nyaman. Belum lagi ditambah dengan akses Internet yang mudah, cepat, (gratis) :D
siapa sih yang mau uang 1triliun dipakai hanya untuk kenyamanan sedangkan notabennya mereka adalah pelayan masyarakat. Masyarakat yang memilih mereka saja masih banyak yang hidupnya tidak nyaman karena ini itu *dibahas kapan2.
Koq bisa2nya pelayan mengharapkan kenyamanan lebih daripada sang majikan. KALAU kinerja sudah bagus bolehlah di apresiasi, tapi the facts is outta there. Masyarakat Indonesia mampu menilai kinerja dewan.
----
Dan tambahan terakhir. Lirik Tikus-Tikus Kantor atas keprihatinan terhadap Anggota Dewan yang Terhormat :((

Kisah usang tikus tikus kantor
Yang suka berenang di sungai yang kotor
Kisah usang tikus tikus berdasi
Yang suka ingkar janji lalu sembunyi

Dibalik meja teman sekerja
Didalam lemari dari baja

Kucing datang cepat ganti muka
Segera menjelma bagai tak tercela
Masa bodoh hilang harga diri
Asal tak terbukti ah tentu sikat lagi

Tikus tikus tak kenal kenyang
Rakus rakus bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang tikus menghilang

Kucing kucing yang kerjanya molor
Tak ingat tikus kantor datang menteror
Cerdik licik tikus bertingkah tengik
Mungkin karena sang kucing pura pura mendelik

Tikus tau sang kucing lapar
Kasih roti jalanpun lancar
Memang sial sang tikus teramat pintar
Atau mungkin si kucing yang kurang ditatar

Tidak ada komentar: